MPK PAK-Sillabus; PB I
MATA
KULIAH PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN
S I L A B U S
Matakuliah
: Pendidikan Agama Kristen (PAK)
Kode
Mata Kuliah : 001
Program
: S 1
Beban
Kredit : 3 SKS
Lama
Tatap Muka : 16 x = 14 x
Tatap muka ; 2 x Ujian
Dosen
: Poltak Markus Charis
Sinaga, S.Ag., M.Min., M.Th.
Pengantar
Dasar
Hukum Matakuliah Pengembangan Kepribadian Mahasiswa Kristen yakni melalui SK
Mendiknas No 232/U/2000 dan No 045/U/2002, maka terjadilah restrukturisasi
Kurikulum Perguruan Tinggi dimana Pendidikan Agama menjadi salah satu
matakuliah dalam kelompok Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian, dan merupakan
salah satu mata kuliah dalam kategori Kurikulum Inti. Melalui SK Dirjen Dikti
Depdiknas No. 38/Dikti/2002 mengatur "Rambu-rambu Pelaksanaan Mata Kuliah Pengembangan
Kepribadian di Perguruan Tinggi" dimana matakuliah Pendidikan Agama
terdapat didalam SK tersebut secara eksplisit telah merumuskan Visi, Misi dan
Kompetensi kelompok Matakuliah Pengembangan Kepribadian (MPK).
Tujuan PAK di Perguruan Tinggi
Tujuan PAK di Perguruan Tinggi
Diharapkan
melalui Matakuliah ini, mahasiswa dapat mengalami perjumpaan secara pribadi
dengan Tuhan. Melalui pengalaman perjumpaan pribadi ini kiranya mampu mengubah
dan mentranformasi nilai-nilai kristiani dalam kehidupan sehari-hari. Indikator
bahwa tujuan itu tercapai apabila setiap mahasiswa mampu menjadi pewarta dan
pembawa damai sejahtera dimanapun mereka berada.
Visi dan Misi PAK di Perguruan Tinggi
Visi
PAK di Perguruan Tinggi adalah menjadikan Agama sebagai sumber nilai dan
pedoman dalam menjunjung Tinggi harkat dan martabat manusia.
Misi
PAK di Perguruan Tinggi adalah mewujudkan nilai-nilai kristiani dalam arti
memperjuangkan kasih, keadilan dan kebenaran dalam keluarga, masyarakat dan
seluruh aspek kehidupan.
Substansi Kajian MPK
PAK
Kajian
Materi PAK di PT disajikan dalam 9 Substansi besar yaitu:
1. Tuhan
Membahas
konsepsi Tuhan dari sudut pandang Iman Kristen.
Diharapkan
dari kajian dan analisa ini, mahasiswa memperoleh pemahaman yang mendalam
mengenai Tuhan, hakikat gereja, dan menghayati hakikat kekristenan yang baik
serta ajaran pokok yang menjadi landasan iman dan percayanya.
2.
Manusia
Membahas
konsepsi manusia dari sudut pandang iman kristen.
Diharapkan
dari kajian dan analisa ini mahasiswa kristen dapat memahami bahwa manusia itu
adalah mahkota ciptaaan Tuhan yang mulia, dengan demikian mereka menghargai
harkat dan martabat manusia yang begitu tinggi.
3.
Moral
Membahas
konsepsi moral kristen sebagaimana ajaran kristiani. Dasar moral kristen adalah
Firman Tuhan, sehingga diharapkan dari kajian dan analisa ini para mahasiswa
mampu memfilter berbagai tawaran nilai-nilai kehidupan yang tidak selaras dan
sesuai dengan moral Firman Allah. Moral Kristen menjadi tolok ukur terhadap nilai-nilai
lainnya.
4. IPTEK dan SENI
Membahas
hubungan iman kristen dengan IPTEK dan Seni. Juga akan turut dibahas tentang
evolusi dari sudut pandang iman kristen berdasarkan Firman Tuhan. Aspek ini
dirasa sangat penting karena begitu banyak pandangan baik positif maupun yang
negatif. Diharapkan mahasiswa mampu memahami hubungan ilmu pengetahuan dengan
iman agar mampu memberi solusi bagi umat tentang hal-hal positif dan hal-hal
negatif dari IPTEK dan seni.
5. Kerukunan
Membahas
konsepsi pluralitas dari sudut pandang iman kristen. Diharapkan mahasiswa mampu
membangun dan mengamalkan sikap toleransi dan sikap kerja sama dalam rangka
memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa. Melalui matakuliah ini, setiap
mahasiswa Kristen memiliki sikap dan tanggung jawab untuk mewujudkan relasi
persaudaraan yang kokoh dan otentik sebagai anak bangsa dengan menjaga
perdamain melalui dialog dan kerjasama antar umat beragama.
6. Masyarakat
Membahas
tentang tanggungjawab orang krsiten dalam pemberdayaan masyarakat. Melalui
matakuliah ini, mahasiswa Kristen diharapkan mampu terlibat dalam masalah-masalah
sosial dengan memberi alternatif-alternatif solusi yang relevan dan
konstruktif. Keadilan sosial menjadi inspirasi dan sekaligus indikator bahwa
tujuan pembelajaran ini tercapai sebagaimana diamanatkan UUD '45.
7. Budaya
Membahas
budaya kerja keras dari sudut pandang iman kristen. Kinerja kerja keras adalah
amanat Firman Tuhan. Karena itu tujuan matakuliah ini, mengajar para mahasiswa
agar memiliki mental dan watak yang kuat seperti baja dengan sikap kerja keras
dan ulet mengerjakan setiap tugas dan tanggung jawab yang dipercayakan.
Sebaliknya diajarkan supaya mereka menjauhkan diri dari sikap dan mental cepat
putus asa dan nerimo termasuk
membenarkan takdir-takdir lain. Indikator tercapinya tujuan pembelajaran adalah
hidup dengan sikap kerja keras.
8. Politik
Membahas
makna dan arti kehidupan politik di Indonesia. Kepada mahasiswa diberikan
pemahaman agar mengerti dan tahu tanggung jawab politiknya ditengah kehidupan
berbangsa dan bernegara. Diharapkan setiap mahasiswa mengerti tentang hak-haknya
secara baik, benar dan bertanggung jawab. Indikator tercapainya tujuan
pembelajaran jika para mahasiswa mampu menjalankan sikap dan mampu menempatkan
diri dalam sosial- kemasyarakatan.
9. Hukum
Membahas
tentang hukum dan keadilan baik dari sudut pandang iman Kristen maupun dari
sudut pandang negara. Diharapkan setiap mahasiswa mengerti tugas dan tanggung
jawabnya sebagai alat kontrol terhadap kebenaran dan keadilan dalam rangka
menegakkan keadilan hukum dan keadilan sosial serta Hak Asasi Manusia (HAM) di tengah
kebangsaan dan kenegaraan Indonesia. Mahasiswa harus tahu hukum positif dan
hukum negatif.
Sistim Evaluasi dan Penilaian
1.
Kehadiran kelas : 10 %
2.
Membuat makalah 5 - 7 halaman dengan memilih satu dari 9 sub kajian : 10 %
3.
Meringkas satu buku wajib yang ditentukan kemudian : 10 %
4.
Ulangan harian dan ujian tengah semester : 25 %
5.
Ujian akhir semester : 45 %
Daftar Pustaka /Sumber referensi/Sumber Belajar :
Alkitab, Lembaga Alkitab
Indonesia.
Berkhof,
Hendrikus. Christian Faith: An
Introduction to the Study of the Faith
(Michigan: Wm.B. Eerdmans Publ. Co.
1973)
Borrong,
Robert P. Etika Bumi Baru (Jakarta:
BPK GM, 1999)
Brownlee,
Malcom. Tugas Manusia Dalam Dunia Milik
Tuhan (Jakarta: BPK GM, 1987).
Darmaputera
Eka & T.B. Simatupang. Peranan Agama
- agama dan kepercayaan
Tuhan yang Maha Esa dalam Negara
Pancasila yang membangun. (Jakarta: BPK GM, 1987).
Darmaputera,
Eka. Pancasila Identitas Modernitas (Jakarta:
BPK GM, 1987).
Departemen
Agama. Pedoman Dasar Kerukunan Hidup
Beragama. (Jakarta: PKHB,
1982).
Ismael,
Andar. Selamat Berkembang (Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2003).
Kohlberg,
Lawrence. Tahap-tahap Perkembangan Moral
(Yogyakarta: Kanisius,
1995).
Mardiatmaja
B.S. Iptek
dari sudut Iman. (Jakarta: BPK GM, 1994)
Shelton,
Charles M. Moralitas Kaum Muda-Bagaimana
Menanamkan Tanggung
Jawab
Kristiani
(Yogyakarta: Kanisius, 1988)
Supardan,
(penyunting). Ilmu, Teknologi dan Etika
(Jakarta: BPK GM,1991).
Verkuyl,
J. Etika Kristen-Bagian Umum (Jakarta
: BPK Gunung Mulia, 1976).
Penutup
Indikator bahwa tujuan Mata kuliah tercapai ketika dosen dan mahasiswa secara bersama-sama mewujudkan iman yang kokoh, karakter yang mulia, dan merefleksikan nilai-nilai Kristen dalam kehidupan sehari-hari dalam sikap, perkataan dan tindakan yang terpuji, identitas yang jelas dan tegas sebagai anak Tuhan yang bertanggung jawab dalam hidup sehari-hari.
Indikator bahwa tujuan Mata kuliah tercapai ketika dosen dan mahasiswa secara bersama-sama mewujudkan iman yang kokoh, karakter yang mulia, dan merefleksikan nilai-nilai Kristen dalam kehidupan sehari-hari dalam sikap, perkataan dan tindakan yang terpuji, identitas yang jelas dan tegas sebagai anak Tuhan yang bertanggung jawab dalam hidup sehari-hari.
Sebagai mahasiswa yang sungguh-sungguh menjunjung tinggi nama baik Fakultas dan Universitas yang akan mendidik dan menghantar mereka untuk mendapatkan keahlian sesuai dengan bidangnya, mahasiswa diharapkan mampu merelevansikan ilmunya dalam karya nyata masa kini dan masa yang akan datang serta menjaga dan membawa nama harum Perguruan Tinggi/ Universitas.
I. TUHAN
1.1 Pendahuluan
Umumnya
manusia meyakini bahwa di luar dirinya ada “kuasa” atau “kekuatan” yang
melebihi dirinya sendiri. “Kuasa” tersebut diyakini sebagai sumber kehidupan,
kekuatan atau kuasa yang mampu melindungi dirinya dari segala kekuatan yang
merugikannya. Manusia memberi nama kepada “kuasa” atau “kekuatan” tersebut
sesuai dengan bahasa atau adat dan budaya di mana dia hidup, dan menempatkan
“kuasa” itu di tempat yang paling agung dan luhur dalam kehidupannya;
mempercayainya serta mempercayakan dirinya pada “kuasa” tersebut melalui
penyembahan dan penyerahan diri sepenuhnya kepada “kuasa tersebut”. “Kuasa” tersebut pada akhirnya diyakini
sebagai “awal dari segala sesatu”.
Pada
mulanya, penyembahan dan penyerahan diri itu bersifat pribadi dan
lama-kelamaan, seturut dengan berkembangnya sosial-budaya, penyembahan itu
akhirnya bukan lagi hanya bersifat pribadi, tetapi sudah bersifat kolektif dan
akhirnya melembaga.
Yang
disembah di beri “nama” yang sangat diagungkan dan yang menyembah “nama”
tersebut disebut dengan “penyembah” dan proses penyembahan kepada “kuasa”
disebut dengan pemujaan (cult) maupun
ritual (rite).
Pengabdian
terhadap pemujaan dan ritual diyakini akan mendatangkan murka atau kutuk dari
sang “kuasa” yang menjadi sesembahan pribadi atau kelompok tersebut.
Sebaliknya, dengan memelihara ritual dan pemujaan diyakini akan mendatangkan
berkat berupa kelimpahan dan kesuburan. Demikianlah proses munculnya
kepercayaan atau agama.
Bagaimanakah
halnya dengan manusia yang menyangkal atau tidak percaya akan adanya “kuasa” di
luar dirinya? Benarkah mereka tidak percaya akan adanya “kuasa” di luar
dirinya? Mereka yang menyangkal sesungguhnya tidak konsisten akan apa yang
mereka yakini, sebab pada akhirnya mereka tidak dapat menyangkal dan berdalih
bahwa ada “kuasa” di luar dirinya yang tidak dapat dikendalikan dan diaturnya,
sebaliknya dia dikendalikan dan diatur oleh “kuasa” yang ada di luar dirinya. Misalnya
salah satu “kuasa” yang ada di luar diri manusia dan manusia wajib tunduk pada
“kuasa” tersebut, dan “kuasa” yang dimaksud, oleh para ahli Ilmu Alam disebut
dengan “Hukum Alam”. Adakah manusia yang dapat mengatur atau melawan Hukum
Alam?
Melawan
Hukum Alam berarti mati, dan mengikuti atau tunduk pada “Hukum Alam” akan
menjamin kelangsungan kehidupan manusia, walaupun pada akhirnya manusia itu
harus mati karena “Hukum Alam.” Sampai saat ini, kaum ilmuan penyangkal “kuasa”
di luar dirinya masih terus berusaha dan bekerja untuk membuktikan bahwa tidak
ada “kuasa” di luar diri manusia. Salah satu usaha mereka adalah duplikasi
makhluk hidup (cloning) yang sudah
berhasil tetapi tidak memperoleh sukses, sebab domba hasil kloning yang diberi
nama dolly hanya berumur pendek.
1.2
Nama-nama Sesembahan
Kesadaran
manusia akan “kuasa” yang ada di luar dirinya membawa manusia untuk berusaha
mencari dan mengenal “kuasa” tersebut. Manusia terus berusaha dari hari ke hari
untuk mengenal lebih jauh “kuasa” tersebut. Seiring dengan usaha pencarian dan
pengenala “kuasa” tersebut, manusia akhirnya memberi nama pada “kuasa” tersebut
menurut bahasa yang dia mengerti dan pahami. Secara harafiah nama-nama itu
berarti sesembahan, Dewa, atau Tuhan.
Berikut
ini adalah nama-nama sesembahan yang diberikan oleh manusia menurut bahasa
mereka masing-masing.
Suku
Batak : Mula Jadi Na Bolon;
Debata (dari kata Dewata: pengaruh
Hindu)
Sansekerta : Sang Hyang Widi, Dewa/ Deva,
Dewi/Devi
Melayu
Tua : Tuhan dari kata Tuan
Timur
Tengah : El, Elohim, Eloah / Il,
Illah, Allah
Yunani : Theos, Kurios
Latin : Deo
Eropa : God, Got, Lord
dsb.
Semua
nama-nama yang ada merupakan cara. dan
usaha manusia untuk mengenal yang “kuasa” dan bagaimana manusia menghadirkan
yang “kuasa” dalam kehidupan mereka melalui bahasa ibunya. Jika ada yang
mengklaim bahwa nama sesembahannya itu berasal dari sang yang “kuasa” itu bisa
benar hanya dalam arti bahwa bahasa itu adalah pemberian-Nya atau berasal dari
sang yang Kuasa. Namun jika dirunut ke sejarah agama, jauh sebelum ada agama
tersebut, nama sang yang “kuasa” itu telah disebut oleh orang-orang yang hidup
jauh sebelum mereka. Jauh sebelum Abraham lahir orang-orang Timur tengah sudah
memanggil yang kuasa dengan el atai il (dalam bentuk tunggal. Bentuk Jamak
elohim, illah). Jauh sebelum Muhammad menyebarkan ajaranya, yaitu Islam (abad
ke-7 setelah Masehi) suku-suku di Arab
sudah mengenal dan menyebut yang kuasa dengan “allah”.
Usaha
manusia untuk mencari dan mengenal yang “kuasa” pada akhirnya membawa manusia
pada pengenalan yang samar-samar. Harus ada jalan yang lain supaya manusia
dapat bertemu dengan yang “kuasa” bukan hanya dalam dalam wujud fenomena tetapi
juga wujud yang sesungguhnya.
1.3 Wujud dan Bentuk Sesembahan
Supaya
manusia lebih mengenal dan mendekatkan diri kepada yang “kuasa” maka manusia
membuat wujud atau bentuk sesembahan. Ada yang wujud manusia, hewan, tumbuhan,
benda-benda di langit maupun di bumi. Semua wujud itu dibentuk oleh manusia
dalam bentuk patung. Misalnya: baal (dewa lembu/ Sapi), dagon (dewa ikan),
allah (al-Lah, dewa bulan; dengan putra-puterinya: al-lat, al-manat, al-uzzah),
ular atau naga, thor (dewa petir), zeus, brahma, wisnu, siwa, dsb. Sebagian
dari patung-patung itu dapat kita temukan dalam Alkitab, misalnya baal (dewa
kesuburan) dan dagon (dewa kemakmuran).
1.4.
Sesembahan dalam Alkitab
Jika
kita membaca Alkitab maka kita akan menemukan empat nama sesembahan, yaitu::
Tuhan, TUHAN, Allah, allah. Keempat nama itu adalah nama yang diberikan manusia
yang berasal dari bahasa Melayu dan bahasa Arab. Jika kita membaca Bibel
(Bahasa Batak) maka kita menemukan nama sesembahan: Debata, debata, Jahowa,
Tuhan. Sedang dalam terjemahan Inggris kita menemukan: God, Lord, LORD. Yang manakah
sesungguhnya nama sesembahan yang benar dalam Alkitab?
Di
Alkitab kita menemukan nama sesembahan yang diberikan oleh manusia sebagai
jalan untuk mengenal sesembahan tersebut. Karena nama itu diberikan oleh
manusia, maka nama itu berlaku umum dan dipakai oleh semua manusia yang hidup
di sekitar dunia Perjanjian Lama (PL) dan Perjanjian Baru (PB).
Dalam
PL nama yang diberikan manusia kepada yang “Kuasa” adalah El (Tunggal) Elohim
(Jamak). Adanya bentuk tunggal dan jamak menunjukkan bahwa mereka mengenal El
bukan hanya dalam satu manifestasi atau kuasa tetapi banyak. Dengan banyaknya
manifestasi atau kuasa tersebut maka nama El
selalu diikuti sifat atau kekuasaanya, misalnya: El-Shaday (El Mahakuasa),
El-Roi (El-Mahamelihat), El-Sheinora (El-Mahadasyat), El-Yada (El-Mahatahu), dsb.
Karena nama ini adalah pemberian atau penamaan oleh manusia maka bukan hanya
Abraham, Ishak, Yakub, dan orang Israel yang memakai nama itu. Semua bangsa
yang berada di sekitar mereka (Timur Tengah), yang memiliki rumpun bahasa yang
sama (semitik) memakai nama yang sama kepada yang “kuasa.” Misalnya suku-suku
di Selatan (Arab) memakai nama Il (tunggal) dan Illah (Jamak). Dalam bahasa
Indonesia kata El diterjemahkan menjadi Tu(h)an, sedang dalam bahasa Batak
menjadi Debata.
Dalam
PB kita menemukan nama yang “kuasa” yang diberikan manusia dengan nama Theos
(=God, Allah), Kurios (=Lord, Tuhan).
Karena
nama sesembahan itu bersifat umum maka tak seorang pun dapat mengklaim bahwa
nama itu hanya miliknya atau milik kelompok agamanya saja.
Sebagaimana
telah disinggung di atas, usaha manusia untuk mengenal yang “kuasa” secara
benar dan sempurna tidak akan memperoleh hasil yang memuaskan. Apapun usaha
manusia untuk bertemu dan mengenal yang “kuasa”, entah itu dengan bertapa,
semedi, berkelana, dsb., semuanya itu tidak akan membawanya kepada pengenalan
sang “kuasa” secara sempurna. Manusia
hanya bisa mengenal yang “kuasa” secara sempurna jika sang “kuasa” tersebut
menemui dan memperkenalkan dirinya kepada manusia.
Alkitab
memberitakan kepada kita bagaimana sang “Kuasa” itu datang menemui manusia dan
memperkenalkan dirinya serta memberitahukan nama-Nya. Dalam Kel. 3:14-15 sang “Kuasa”
memperkenalkan diri dengan: “Ehye asyer
Ehye” (I am who I am; Aku ada
yang Aku ada) dan namanya adalah JHWH (dalam
bahasa Indonesia diterjemahkan dengan TUHAN). Sampai saat ini tak seorang pun
tahu apa arti nama ini selain dari Ehye
asyer Ehye. Nama ini hanya ditulis hanya dalam huruf mati saja. Umat Israel
dilarang menyebut nama ini karena nama ini terlalu agung untuk diucapkan
manusia yang berdosa (sesuai perintah ke-3). Jika mereka bertemu dengan huruf
YHWH atau untuk mengucapkannya mereka menyebut dan memanggilnya dengan kata:
AdonaY (huruf Y merupakan singkatan dari YHWH sedang Adona berarti aku,
sehingga jika diterjemahkan menjadi YHWH-ku). Pada masa yang lebih maju
akhirnya para rabbi Yahudi menambahkan huruf hidup untuk mencoba membacanya
sehingga pelafalannya beraneka ragam, yaitu: JaHWeH, JeHoWaH, JaHoWaH. Jadi
jelaslah bagi kita siapakah “Sang Kuasa” yang sesungguhnya. Nama boleh banyak,
tetapi hanya ada satu nama yang benar yaitu nama yang ddiperkenalkan-Nya bagi
kita. Tidak semua orang berhak menyebut nama itu selain mereka yang
diperkenankan-Nya. Nama itu begitu agung dan mulia dan berada di luar
pengetahuan manusia, itu sebabnya manusia tidak tahu apa arti nama itu. Karena
Dia berada di luar pengetahuan manusia maka manusia pun tidak punya kuasa untuk
membuat atau membentuk wujud dan rupanya, bahkan dengan keras Dia melarang
umat-Nya untuk menduakan-Nya (Hukum 1-3: Akulah JHWH, Tuhanmu, tidak boleh ada
tuhan lain, kecuali Aku. Jangan perbuat bagimu patung yang menyerupai apapun,
yang ada di langit, atau dibumi, dan di dalam air di bawah bumi, untuk disembah
atau dituruti. Jangan menyebut nama YHWH, Tuhanmu dengan sembarangan sebab
Tuhan akan menghukum orang yang menyia-nyiakan nama-Nya. Lihat Keluaran 20).
Dalam
PB Tuhan yang memperkenalkan diri itu semakin kita kenal secara sempurna sebab
Dia datang dan tinggal bersama dengan manusia dalam diri Tuhan Yesus Kristus.
Nama Yesus bukanlah dibuat oleh manusia atau
oleh Yosef dan Maria. Tuhanlah yang menentukan dan memperkanalkan Nama
itu kepada Maria dan Yusuf, tunangan Maria (Lukas 1: 31). Hanya dalam Yesus
Kristus manusia dapat mengenal Tuhan secara sempurna dan benar, baik
kekuasaa-Nya maupun kasih-Nya.
Jika
kita membaca teks-teks Alkitab dan Bibel, maupun terjemahan dalam bahasa
lainnya dan bertemu dengan nama-nama atau: TUHAN, Allah, God, dsb. maka hati
kita tidak boleh lupa dan lepas bahwa nama yang dimaksud adalah JHWH dan Yesus.
1.5
Trinitatis
1.5.1 Latar
Belakang
Istilah
dan ajaran Trinitatis (ketritunggalan) Allah mulai muncul pada abad II setelah
Masehi. Istilah ini muncul sebagai jawaban atas perseteruan ajaran-ajaran yang
muncul dari kalangan kaum uskup yang mempersoalkan perihal hubungan antara
Yesus Kristus dengan Allah atau disebut dengan masalah Trinitas (Apakah Yesus
itu Allah atau bukan), dan masalah sifat ilahi dan manusia dalam diri Yesus
Kristus atau disebut dengan masalah Kristologi. Para Uskup memperdebatkan
apakah Yesus Kristus itu Tuhan atau manusia. Pertanyaan-pertanyaan ini muncul
mengingat Yesus Kristus dan para saksi Kristus (yang hidup pada masa Yesus)
sudah tidak ada lagi (jarak waktu dari Yesus sampai munculnya perdebatan).
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut maka para uskup memberi jawaban,
tetapi sayang jawaban-jawaban mereka akhirnya membuat warga jemaat bingung,
ragu, sebab tiap uskup memberi jawaban masing-masing yang tidak sama dengan
yang lainnya. Bahkan cenderung saling menyudutkan dan menyerang jawaban yang
lainnya.
Dalam
Hal Trinitas Uskup Irenaeus (140-195 M) berpendapat bahwa Kristus adalah benar-benar
Allah. Sedang Uskup Origenes (185-254 M) berpendapat bahwa Kristus lebih rendah
dari Allah. Pengikut kedua uskup ini bertikai yang dimulai tahun 315 dengan
pokok permasalahan hubungan antara Allah, Yesus Kristus dan Roh Kudus. Uskup
Athanasius mempertahankan dan membela ajaran Uskup Irenaus dan Uskup Arius
mempertahankan ajaran Origenes.
Pada
tahun 450 pertikaian terus berlanjut perihal Kristologi antara Uskup Nestorius
(Pengikut Origenes) dengan Uskup Cyrillus (Pengikut Irenaeus). Nestorius
mengatakan bahwa hubungan keilahian dan kemanusiaan Yesus tidak begitu erat
atau terpisah seperti air dengan minyak (dikenal dengan ajaran duofisit; duo=dua; fisit=sifat atau
tabiat) ; sedang Cyrillus berpendapat
bahwa keilahian dan kemanusiaan Yesus bercampur dan tidak dapat dipisahkan
seperti air dengan susu (dikenal dengan ajaran monofisit=satu tabiat).
Kedua
golongan ini bertikai terus namun lebih banyak uskup yang tidak memihak
keduanya tetapi memelihara kemurnian iman sebagaimana diberitakan dalam Alkitab.
Namun demikian akibat dari ajaran dari golongan Origenes dan Irenaeus umat
Kristen dan gereja menjadi terganggu dan bimbang yang akhirnya berdampak pada
keamanan kekaisaran Romawi. Untuk menjaga supaya kekaisaran Romawi aman dan
damai maka Kekaisaran mengundang semua uskup dalam Konsili (Sinode atau
Musyawarah Besar). Konsili pertama di Nicea (325 M) yang memutuskan Pengakuan
Iman Niceanum (Pengakuan Iman Rasuli) dan Konsili II di Chalcedon (451 M) yang
menolak ajaran Nestoris dan ajaran Cyrillus. Konsili dan Kaisar meminta kedua
golongan ini menarik ajarannya, tetapi mereka tidak mau dan keluar dari wilayah
kekasiaran Romawi. Nestoris pergi ke Persia dan Arab dan membentuk gereja
Nestorian, yang dikemudian hari Muhammad mendengar dan menerima ajaran
Nestorius dari Waraqah bin Naufal (pendeta Nestorian di Arab) yang adalah paman
dari Siti Khadijah (isteri pertama Muhammad). Gereja ini masih bertahan sampai
saat ini di Irak Utara. Sedang Cyrillus dan pengikutnya pergi ke Mesir dan
Syria dan mendirikan gereja penganut monofisit yaitu gereja Koptik di Mesir dan
gereja Yakobit di Siria. Kedua gereja ini juga masih bertahan sampai saat ini.
1.5.2
Pengakuan Iman Rasuli
Jika
kita mencermati kata demi kata dari Pengakuan Iman Rasuli dan menghubungkannya dengan
Alkitab akan terlihat dengan jelas bahwa semua rumusan dalam Pengakuan Iman
tersebut diangkat dari Alkitab dan tidak bertentangan dengan Alkitab.
Aku
percaya kepada Allah, Bapa Yang Mahakuasa, Khalik (Pencipta) langit dan Bumi.
Aku percaya kepada Yesus Kristus, Anak-Nya yang
Tunggal, Tuhan kita. Yang dikandung dari Roh Kudus, lahir dari anak dara Maria,
yang menderita sengsara di bawah pemerintahan Pontius Pilatus, disalibkan, mati
dan dikuburkan, yang turun ke dalam kerajaan maut. Pada hari yang ketiga,
bangkit pula dari antara orang mati. Naik ke surga, duduk di sebelah kanan
Allah, Bapa Yang Mahakuasa. Dari sana akan datang kelak, untuk menghakimi orang yang hidup dan yang
mati.
Aku percaya kepada Roh Kudus, dan adanya satu
gereja yang Kudus; Persekutuan orang Kudus; Pengampunan dosa; kebangkitan
daging; dan hidup yang kekal.
Pengakuan
Iman tersebut jelas tidak memihak baik kepada Origenes maupun Irenaeus serta
para pengikutnya. Dan dari pengakuan iman tersebut nyatalah bahwa Allah, Tuhan Yesus
Kristus dan Roh Kudus tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Baik PL
maupun PB memberitakan Allah, Roh Kudus dan Yesus Kristus sebagai oknum yang
tidak dapat dipisahkan, dibedakan satu dengan yang lainya.
Sebagaimana
di singgung pada bagian pendahuluan, di mana manusia berusaha memahami apa dan
bagiamana keberadaan Yang Mahakuasa (JHWH). Apa yang dilakukan para Uskup
(Origenes dan Irenaeus dan para pengikutnya), dan mungkin juga oleh orang-orang
Kristen masa kini adalah merupakan bagian dari usaha untuk mengenal dan
memahami Allah, dan tentu pemahaman manusia bisa saja salah karena mereka
berusaha memahami dan mengenal Tuhan Allah secara akali. Untuk memahami
ketritunggalan Allah tidaklah mudah. Itu tidak dapat dipahami hanya dengan
mengunakan logika dan akal sebab Allah bukanlah masalah logika, meskipun logika
juga dapat dipakai untuk menjelaskan keberadaan Allah, namun itu tidak bersifat
mutlak. Ketritunggalan Allah hanya dapat dimengerti melalui iman.
Bagaimanapun
dan apapun usaha manusia untuk mengenal Allah, manusia akan memperoleh jalan
buntu. Keterbatasan manusia untuk memahami Allah terjadi karena Allah itu
berada di luar akal (otak) manusia bukan di dalam akal manusia. Jika manusia
yang menciptakan Allah maka pastilah manusia dapat memahami dan mengenal Allah
secara mendalam dan sempurna. Kenyataannya Allahlah yang menciptakan manusia
dan Allah mengenal manusia itu secara mendalam. Allah mengetahui apa dan di
mana letak ketidaksempurnaan manusia, sedang manusia tidak akan pernah tahu di
mana letak kelemahan dan kekurangan Allah.
Manusia
tidak akan dapat mengenal Allah secara benar dan sempurna jika Allah tidak
datang dan memperkenalkan dirinya sendiri. Pengenalan manusia tentang Allah
semakin sempurna tak kala Dia datang dalam diri Yesus Kristus. Yesus Kristus
datang dari Surga, dan tak seorang pun yang tahu tentang surga dan Allah
kecuali Dia yang datang dan turun dari Surga dan Dialah Yesus Kristus. Dia
telah datang dari Surga dan telah kembali ke Surga. Ini penting untuk disimak.
Baik Kristen maupun Islam mempercayai bahwa Yesus Kristus (Isa Al-Masih) sudah
berada di surga, sedang semua manusia yang telah meninggal masih tinggal di
dalam kubur dan menunggu hari saat dimana mereka dibangkitkan kembali.
1.5.3
Menjelaskan Ketritunggalan Allah
Ada
banyak permintaan dan pertanyaan kepada umat Kristen untuk menjelaskan perihal ketritunggalan Allah, khususnya dari mereka
yang non-Kristen. Memang kita bisa menjelaskan dengan memakai analogi-analogi
yang ada di sekitar kita. Harus diingat bahwa manusia memiliki keterbatasan
bahasa untuk menjelaskan ajaran ketritunggalan Allah, sebab Allah itu adalah misteri yang tak pernah lengkap
dimengerti oleh manusia. Kita berbicara dan mengimani ketritunggalan karena
Allah sendiri telah berbicara mengenai hal ini dalam Alkitab. Pemakaian angka
tiga (tri) dalam keberadaan Allah juga tidak boleh dipahami dalam bentuk
urutan, terbanyak (terbesar) dan terkecil, atau dua atau tiga oknum tidak lebih
besar daripada salah satu oknum. Umat Kristen menyebut Allah dengan: Bapa,
Yesus Kristus dan Roh Kudus dan ketiganya tidak dapat dibedakan. Bapa tidak
dibedakan dengan Anak dan Roh Kudus karena Dia adalah Allah. Allah adalah esa
tetapi juga tritunggal. Dengan demikian ketika membaca dan menyebut nama
“Allah” atau bahasa manusia lainnya untuk menyebut TUHAN (YHWH) maka hati dan
iman harus tertuju kepada Bapa, Anak dan Roh Kudus. Jika hati hanya tertuju
kepada satu, yaitu Bapa maka itu sudah merendahkan Anak dan Roh Kudus.
Mungkin
Banyak analogi yang dapat dipakai untuk menjelaskan ketritunggalan Allah,
misalnya: keberadaan bangun “segi tiga sama sisi” memiliki tiga sisi, tiga
sudut tetapi tidak dapat dibedakan dan ketiganya adalah satu. Ada juga “analogi
sosial” dmana Yesus Kristus mengatakan bahwa dalam perkawinan “mereka bukan
lagi dua, melaiankan satu” (Mat. 19:15).
Mungkin
ada yang menyudutkan mengapa Allah punya Anak tetapi tidak punya Ibu? Pohon
pisang tidak memiliki ayah (jantan) tetapi pohon pisang beranak. Tentu pertanyaan
itu juga sudah jatuh kepada pemahaman dan menyempitkan keberadaan Allah. Adakah
manusia atau agama yang benar-benar tahu apakah jenis kelamin Allah? Apakah Dia
Maskulin atau Feminin kita tidak tahu sebab kita memiliki keterbatasan untuk
mengetahui hal itu.
Jadi
apapun analogi yang dipakai untuk menjelaskan itu pun sangat terbatas.
Ketritunggalan Allah hanya bisa dipahami melalui iman dengan masuk kepada
persekutuan “gereja yang kudus”. Allah adalah persekutuan Bapa, Anak dan Roh
Kudus dan manusia hanya bisa mengerti dan paham akan Persekutuan Allah tersebut
jika masuk dalam persekutuan itu, yaitu melalui Persekutuan Orang-Orang Percaya
(Gereja). Tanpa masuk dalam persekutuan maka adalah hal yang sia-sia untuk
menjelaskan ketritunggalan Allah.
Tugas:
1. Bacalah
ayat-ayat berikut:
PL: Kej. 1:
2; 1:26; 3:22; 11:7; Yes 6:8 (Yoh 12:41); Neh 9: 20; Mzm 139:7; Yes 63:10-14;
Mzm 2; Yes 9:5-6.
PB: Mat
3:13-17; 28:19; Yoh 14:15-23; Kis 2:23; 2 Kor 13:14; Ef 1:1-14; 3:16-19
* Bapa: Mat
6:8-9; 7:21; Gal 1:1
* Anak: Yoh 1: 1-18; Rm 9:5; Kol
2:9; Tit 2:13; Ibr 1: 8-10
* Roh Kudus: Mrk 3:29; Yoh 15:26; 1
Kor 6:19-20; 2 Kor 3: 17-20
2. Setelah saudara
membacanya buatlah laporan lengkap tentang pemahamanmu akan keberadaan Allah
dalam Alkitab (minimal 3 halaman A.4)
Catatan:
tugas diserahkan (diposting) paling lambat tanggal 24 Sep 2015 pukul 12.00 WIB
ke alamat blog ini.
1 Komentar:
Merkur 34C HD Review - Xn
In my opinion the Merkur 34C HD does not stand 메리트 카지노 쿠폰 a chance in a range 바카라 of things. One of my favorite choices for serious wet wet choegocasino wet wet shaving is the Merkur 34C HD.
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda