Sabtu, 05 September 2015

MPK PAK-PB: MANUSIA



2. MANUSIA
2.1 Pendahuluan

Pertanyaan “Apa dan siapakah manusia?” merupakan pertanyaan abadi sepanjang sejarah manusia. Manusia berusaha mencari jawaban tentang keberadaannya, asal-usulnya, dan akan kemana dia kelak. Untuk memahami manusia dengan segala keberadaannya maka manusia membuat satu bidang ilmu yang khusus mempelajari pengetahuan tentang manusia yang disebut dengan antropologi. Namun demikian antropologi sekuler tetap tidak dapat memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan paling pokok seperti: Darimanakah asal-usul manusia, apa makna manusia, dan akan ke manakah manusia.

2.2 Manusia Menurut Para Ilmuwan

Tidak sedikit ahli yang mencoba mencari tahu tentang apa dan siapa manusia. Pada masa 400 tahun sebelum Kristus, Socrates, filusuf Yunani, dengan ungkapannya “gnoti seauton” (kenalilah dirimu sendiri) mengatakan bahwa manusia harus mengenal siapa dirinya supaya manusia itu tahu dan mengerti akan perananya di dunia ini. Namun Socrates tidak dapat memberi jawaban darimanakah asal usul mansuia kecuali jawaban yang diberikan oleh ajaran-ajran agama Yunani.

Aristoteles, yang juga hidup sebelum Kristus, memberi jawab atas asal-usul makhluk hidup, termasuk manusia, dengan teori abiogenesis-nya. Dia mengatakan bahwa makhluk hidup berasal dari benda mati (a=tidak; bios=hidup; genesis: terjadi, ada). Pandangan Aristoteles ini didukung oleh Lazzaro Spalanzani yang mengatakan bahwa makhluk hidup terjadi di alam semesta berkat tegangan  listrik alam semesta yang saling memercik dan menghasilkan asam amino yang merupakan zat pembentuk sel, yang sering disebut dengan terjadi karena proses kosmik di luar angkasa. Meskipun mereka memberi jawaban asal usul makhluk hidup tetapi mereka tidak dapat memberi jawaban yang memuaskan dari manakah asalnya kehidupan atau apa yang membuat makhluk hidup itu hidup.

Luis Pasteur memberi jawab atas asal-usul manusia dengan teori biogenesisnya, di mana dia mengatakan bahwa makhluk hidup berasal dari yang hidup. Dia membuat percobaan yang membuktikan bahwa makhluk hidup berasal dari makhluk hidup bukan dari benda mati, Dia membuat pernyataan: omne vivum ex ovo, omne ovum ex vivo.

Charles Darwin memberi jawaban yang menggemparkan dunia dengan teori evolusinya di mana dia mengatakan bahwa yang bertahan dan eksis hanyalah makhluk yang paling fit dalam menghadapi seleksi alam, atau dia sebut dengan istilah “the survivel of the fittes).
Darwin menyimpulkan bahwa makhluk hidup yang ada seekarang merupakan hasil seleksi alam melalui evolusi yang dimulai sejak beratus juta tahun lalu, dari makhluk bersel satu, terus berkembang dan berevolusi menjadi makhluk seperti sekarang ini. Dari hasil pengamatannya Darwin menyimpulkan bahwa kerabat terdekat manusia adalah hewan primata, artinya manusia dan hewan primata memiliki asal-usul atau “nenek-moyang” yang sama. Pandangan Charles Darwin ini pada akhirnya diikuti oleh beberapa orang ilmuwan, di antaranya para penganaut dan penganjur atheis dan komunis. Darwin juga tidak dapat memberi jawaban darimanakah asal usul kehidupan yang membuat makhluk hidup itu hidup.

Karl Marx tokoh komunisme yang terkenal itu, setuju dengan pandangan Charles Darwin. Beliau mengatakan bahwa manusia adalah binatang yang paling cerdas. Pandangannya tersebutdisimpulkan dari fakta yang terjadi di tengah masyarakat pada zamannya dimana manusia yang satu “memangsa/ menerkam” manusia lainnya, yang kuat (kaya) menindas dan “memangsa” yang lemah (miskin) tanpa belas kasihan (bnd. dgn. pandangan Charles Darwin). Dia menyebutnya dengan istilah: homo homoni lupus (manusia serigala bagi sesamanya).

2.3 Manusia Menurut Agama-agama

Semua agama suku memahami dan meyakini bahwa manusia merupakan hasil dari perkawinan antara dewa dengan dewi. Itu berarti manusia adalah keturunan dewa-dewi (tuhan) dan darah tuhan mengalir dalam diri manausia. Pemahaman dan keyakinan seperti ini dapat kita lihat dalam agama-agama Yunani kuno, agama-agama yang ada di sekitar bangsa Israel (agama Mesir, Persia, Kanaan, Filistin, Babilonia, dll.), agama yang ada di benua Asia (agama Shinto di Jepang, agama-agama suku di Indonesia, termasuk agama Batak, dll.).

Menurut agama-agama semitik (Yahudi, Kristen dan Islam) manusia adalah ciptaan Tuhan semata dan merupakan ciptaan yang paling mulia dari semua ciptaan yang ada. Manusia bukan keturunan (hasil perkawinan) Tuhan melainkan hasil kreasi Tuhan Allah sendiri.

2.4 Manusia Menurut Alkitab

Menurut Alkitab, manusia adalah mutlak ciptaan Allah (Kej 1: 26; 2: 7-8, 21-22; Mzm 8: 3; Kis 17: 26; 28)Dalam agama-agama sukukan padaadal. Manusia bukan hasil ciptaan manusia dan juga bukan hasil dari proses kosmik. Apapun dan bagaimanapun dikatakan tentang manusia, bagaimanapun proses sebab akibat dari kelahiran manusia dikaitkan dengan kreatifitas Allah, dasa yang teguh dari Alkitab adalah: manusia ada hanya karena Allah menciptakannya sebagaimana ditandaskan dalam Alkitab (Kej 5: 1-2; Mzm 139: 13-14; Pkh 12: 1; Mat 19:4; Rm 1: 25; Yak 3:9; 1 Ptr 4: 19).

Dalam proses penciptaan manusia oleh Allah ada dua aspek penciptaan manusia (Adam), yaitu aspek tanah (fisik) dan aspek nafas (rohani) sebagaimana diberitakan dalam Kej 2: 7. Kedua aspek penciptaan inilah yang akhirnya manusia terdiri dari dua aspek, yaitu fisik (daging) dan spiritual (roh) dan kedua aspek tersebut tidak dapat dipisahkan dari dalam diri manusia. Hawa diciptakan dengan dari Adam  dengan perbuatan penciptaan khusus (Kej 2:21) yang menunjukkan sifat saling mengisi antara laki-laki dengan perempuan.

Pada waktu diciptakan manusia diberi harkat khusus, yaitu diangkat menjadi pemerintah dan penguasa dunia di bawah mandat Allah. Manusia ditugaskan untuk memiliki, menguasai dan memerintah makhluk-makhluk lain (Kej 1: 27-2:3; bnd. 8:5).
Di samping kedua aspek tersebut, Alkitab juga memberitakan bahwa manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah (tselem YHWH atau imago Dei [image of God]). Hanya ada satu manusia diciptakan oleh Allah dan manusia itu terdiri dari dua jenis kelamin, dan keduanya sama sama menurut gambar dan rupa Allah. Ini menunjukkan bahwa laki-laki dan perempuan pada dasarnya adalah sama dan sederajat, tidak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah. Pemahaman atau anggapan bahwa laki-laki lebih unggul dari perempuan merupakan pemahaman budaya paternalis yang tentu sangat bertentangan dan kebenaran Alkitab. Pemahaman seperti itu merupakan bentuk penjajahan dan penindasan terhadap kaum perempuan. TUHAN Allah tidak pernah memerintahkan supaya laki-laki menguasai, menindas bahkan menjajah kaum perempuan.  





2.5 Tugas dan Tanggung Jawab Manusia Menurut Alkitab




TUHAN Allah menciptakan manusia sebagai mahkota ciptaan Allah dan sekaligus mandataris-Nya. Tanggung jawab manusia sebagai mandataris tidaklah ringan, kelalaian terhadap tugas dan tanggung jawab tersebut pada akhirnya membawa masalah bahkan kerusakan bukan hanya dalam diri manusia itu sendiri tetapi juga terhadap sesama, lingkungan (alam semesta) dan juga terhadap TUHAN Allah yang memberi mandat.

1 Komentar:

Pada 22 September 2015 pukul 16.15 , Anonymous Anonim mengatakan...

Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

 

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda